Shalat
tasbih termasuk salah satu shalat sunat yang dianjurkan oleh Baginda Nabi
Muhammad SAW. Kalau bisa dilakukan setiap malam, jika tidak mampu seminggu
sekali, jika tidak mampu juga sebulan sekali, jika tidak mampu juga setahun
sekali atau tidak mampu juga seumur hidup sekali. Demikianlah anjuran agama
Islam yang tidak memaksa untuk melakukan ibadah secara ikhlas.
Shalat
sunat tasbih semua riwayat sepakat dengan empat rokaat, jika pada siang hari
dengan satu kali salam (langsung niat empat rakaat), sedang di malam hari dua
rokaat-dua rokaat dengan dua kali salam (dua kali shalat dengan masing-masing 2
rakaat) dengan tasbih sebanyak
75 kali tiap raka’atnya, jadi keseluruhan bacaan tasbih dalam shalat tasbih 4
rokaat tersebut 300 kali tasbih.
Kata Syaikh Ali al-Khawwash,
‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum shalat hajat, karena shalat tasbih
ini menghapus dosa-dosa, dengan demikian menjadi sebab terkabulnya hajat’
B.
Niat Shalat Tasbih
Niat untuk shalat tasbih yang
dilakukan dengan dua kali salam (2 rakaat):
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Sedang
untuk yang satu kali salam (4 rakaat) sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
Secara umum,
shalat tasbih sama dengan tata cara shalat yang lain, hanya saja ada tambahan
bacaan tasbih yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Lafadz ini
diucapkan sebanyak 75 kali pada tiap raka’at dengan perincian sebagai berikut.
- Sesudah membaca Al-Fatihah dan surah sebelum ruku sebanyak 15 kali,
- Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ dibaca lagi sebanyak 10 kali,
- Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal dibaca 10 kali,
- Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud dibaca 10 kali,
- Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua sujud dibaca 10 kali,
- Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud dibaca lagi sebanyak 10 kali,
- Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk istirahat) dibaca lagi sebanyak 10 kali. (Terus baru berdiri tuk rakaat yang kedua).
Demikianlah rinciannya, bahwa shalat Tasbih dilakukan sebanyak 4 raka’at
dengan sekali tasyahud, yaitu pada raka’at yang keempat lalu salam (jika
dilakukan pagi hari). Bisa juga dilakukan dengan cara dua
raka’at-dua raka’at (jika dilakukan malam hari), Sesuai yang diterangkan oleh
Rasulullah SAW: “Shalat malam itu, dua-dua” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim) di
mana setiap dua raka’at membaca tasyahud kemudian salam.Waktu shalat tasbih yang paling
utama adalah sesudah tenggelamnya
matahari, sebagaimana dalam riwayat ‘Abdullah bin Amr. Tetapi
dalam riwayat Ikrimah yang mursal diterangkan bahwa boleh malam hari dan boleh siang hari. Wallâhu
A’lam.
Anjuran
shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam
sebuah hadist dari Ibnu ‘Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ: أَنََّ رَسُوْلُ اللهِ
صَلََّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلََّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ
بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبْ: يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ !! أَلاَ
أُعْطِيْكَ؟ أَلاَ أُمْنِحُكَ؟ أَلاَ أُحِبُّكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشَرَ
خِصَالٍ, إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبِكَ أَوَّلَهُ
وَآخِرَهُ, قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ, خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ,
صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ, سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ. عَشَرَ خِصَالٍ, أَنْ
تُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ
الْكِتَابِ وَسُوْرَةً, فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ
رَكْعَةٍ, وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاََّّ اللهِ وَالله ُأَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً, ثُمَّ
تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ
رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا,
ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا
عَشْرًا, ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ
فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ
فِي كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ, إِذَا
اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيْهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ
مَرَّةً فَافْعَلْ, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً, فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً,
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً,
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّةً.
Artinya:
“Dari
Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai pamanku, maukah kamu
apabila aku beri? Bolehkah sekiranya aku beri petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu perbuatan yang mengandung 10
keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu dari awalnya
hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang
disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya
10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah.
Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha
illallâh wallahu akbar sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu
bacalah kalimat itu di dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’
(I’tidal) baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10
kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud
lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri
baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap rakaat. Lakukan
yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu
lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap
tahun dan jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."[†] (HR.
Abu Daud no. 1297)
Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim pagi-pagi
menemui Baginda Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata,
ajarilah saya beberapa kalimat yang saya ucapkan didalam shalatku, maka beliau
bersabda:
كَبِّرِى اللَّهَ عَشْرًا وَسَبِّحِى اللَّهَ عَشْرًا
وَاحْمَدِيهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلِى مَا شِئْتِ
يَقُولُ نَعَمْ نَعَمْ ». قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَالْفَضْلِ بْنِ
عَبَّاسٍ وَأَبِى رَافِعٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ
أَنَسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ. وَقَدْ رُوِىَ عَنِ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- غَيْرُ حَدِيثٍ فِى صَلاَةِ التَّسْبِيحِ وَلاَ
يَصِحُّ مِنْهُ كَبِيرُ شَىْءٍ. وَقَدْ رَأَى ابْنُ الْمُبَارَكِ
وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ صَلاَةَ
التَّسْبِيحِ وَذَكَرُوا الْفَضْلَ فِيهِ. حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ قَالَ سَأَلْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ عَنِ الصَّلاَةِ الَّتِى
يُسَبَّحُ فِيهَا فَقَالَ يُكَبِّرُ ثُمَّ
يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ
خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَتَعَوَّذُ وَيَقْرَأُ
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ) وَفَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُورَةً ثُمَّ يَقُولُ عَشْرَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَرْكَعُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا.
ثُمَّ
يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ فَيَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ يَسْجُدُ الثَّانِيَةَ
فَيَقُولُهَا عَشْرًا يُصَلِّى أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ عَلَى هَذَا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُونَ تَسْبِيحَةً فِى كُلِّ رَكْعَةٍ يَبْدَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ بِخَمْسَ عَشْرَةَ تَسْبِيحَةً ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ
يُسَبِّحُ عَشْرًا فَإِنْ صَلَّى لَيْلاً فَأَحَبُّ
إِلَىَّ أَنْ يُسَلِّمَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ وَإِنْ
صَلَّى نَهَارًا فَإِنْ شَاءَ سَلَّمَ وَإِنْ
شَاءَ لَمْ يُسَلِّمْ. قَالَ أَبُو وَهْبٍ وَأَخْبَرَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِى رِزْمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّهُ قَالَ يَبْدَأُ فِى الرُّكُوعِ بِسُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَفِى السُّجُودِ بِسُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى ثَلاَثًا ثُمَّ يُسَبِّحُ
التَّسْبِيحَاتِ. قَالَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ وَحَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ زَمْعَةَ قَالَ أَخْبَرَنِى
عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِى رِزْمَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ إِنْ سَهَا فِيهَا يُسَبِّحُ فِى سَجْدَتَىِ
السَّهْوِ عَشْرًا عَشْرًا قَالَ لاَ إِنَّمَا هِىَ ثَلاَثُمِائَةِ
تَسْبِيحَةٍ.
Artinya:
"Bertakbirlah
kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada Allah sepuluh kali dan
bertahmidlah (mengucapkan alhamdulillah) sepuluh kali, kemudian memohonlah
(kepada Allah) apa yang kamu kehendaki, niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku
kabulkan permintaanmu)." (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat
-pent) dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Amru, Al Fadll bin Abbas dan Abu Rafi'.
Abu Isa berkata, hadits anas adalah hadits hasan gharib, telah diriwayatkan
dari Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam selain hadits ini mengenai shalat tasbih,
yang kebanyakan (riwayatnya) tidak shahih. Ibnu Mubarrak dan beberapa ulama
lainnya berpendapat akan adanya shalat tasbih, mereka juga menyebutkan
keutamaan shalat tasbih. Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin 'Abdah Telah
mengabarkan kepada kami Abu Wahb dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah bin
Al Mubarak tentang shalat tasbih yang didalamnya terdapat bacaan tasbihnya, dia
menjawab, ia bertakbir kemudian membaca Subhaanaka Allahumma Wa Bihamdika Wa
Tabaarakasmuka Wa Ta'ala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairuka kemudian dia membaca
Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak
lima belas kali, kemudian ia berta'awudz dan membaca bismillah dilanjutkan
dengan membaca surat Al fatihah dan surat yang lain, kemudian ia membaca Subhaanallah
Walhamdulillah Wa Laailaaha Illallah Wallahu Akbar sebanyak sepuluh kali,
kemudian ruku' dan membaca kalimat itu sepuluh kali, lalu mengangkat kepala
dari ruku' dengan membaca kalimat tersebut sepuluh kali, kemudian sujud dengan
membaca kalimat tersebut sepuluh kali, lalu mengangkat kepalanya dengan membaca
kalimat tersebut sepuluh kali, kemudian sujud yang kedua kali dengan membaca
kalimat tersebut sepuluh kali, ia melakukan seperti itu sebanyak empat raka'at,
yang setiap satu raka'atnya membaca tasbih sebanyak tujuh puluh lima kali,
disetiap raka'atnnya membaca lima belas kali tasbih, kemudian membaca Al
Fatehah dan surat sesudahnya serta membaca tasbih sepuluh kali-sepuluh kali,
jika ia shalat malam, maka yang lebih disenagi adalah salam pada setiap dua
raka'atnya. Jika ia shalat disiang hari, maka ia boleh salam (di raka'at kedua)
atau tidak. Abu Wahb berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Abdul 'Aziz bin Abu
Rizmah dari Abdullah bahwa dia berkata, sewaktu ruku' hendaknya dimulai dengan
bacaan Subhaana Rabbiyal 'Adziimi, begitu juga waktu sujud hendaknya
dimulai dengan bacaan Subhaana Rabbiyal A'la sebanyak tiga kali,
kemudian membaca tasbih beberapa kali bacaan. Ahmad bin 'Abdah berkata, Telah
mengabarkan kepada kami Wahb bin Zam'ah dia berkata, telah mengabarkan kepadaku
'Abdul 'Aziz dia adalah Ibnu Abu Zirmah, dia berkata, saya bertanya kepada Abdullah
bin Mubarak, jika seseorang lupa (waktu mengerjakan shalat tasbih) apakah ia
harus membaca tasbih pada dua sujud sahwi sebanyak sepuluh kali-sepuluh kali?
Dia menjawab, tidak, hanya saja (semua bacaan tasbih pada shalat tasbih) ada
tiga ratus kali. (HR. Tirmidzi no.
481)
Kedua hadits di
atas adalah hadits yang menjelaskan tata cara shalat tasbih. Intinya, shalat
tasbih dilakukan dengan 4 raka’at. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat
tasbih jumlahnya empat raka’at dan tidak boleh lebih dari itu.
C. Para Ulama yang Menshahihkan Hadits Shalat Tasbih
- Abu Dâud As-Sijistâny. Beliau berkata, “Tidak ada, dalam masalah shalat Tasbih, hadits yang lebih shahih dari hadits ini.”
- Ad-Dâraquthny. Beliau berkata, “Hadits yang paling shahih dalam masalah keutamaan Al-Qur`ân adalah (hadits tentang keutamaan) Qul Huwa Allâhu Ahad, dan yang paling shahih dalam masalah keutamaan shalat adalah hadits tentang shalat Tasbih.”
- Al-Âjurry.
- Ibnu Mandah.
- Al-Baihaqy.
- Ibnu As-Sakan.
- Abu Sa’ad As-Sam’âny.
- Abu Musa Al-Madiny.
- Abu Al-Hasan bin Al-Mufadhdhal Al-Maqdasy.
- Abu Muhammad ‘Abdurrahim Al-Mishry.
- Al-Mundziry dalam At-Targhib Wa At-Tarhib dan Mukhtashar Sunan Abu Dâud .
- Ibnush Shalâh. Beliau berkata, “Shalat Tasbih adalah sunnah, bukan bid’ah. Hadits-haditsnya dipakai beramal dengannya.”
- An-Nawawy dalam At-Tahdzîb Al - Asma` Wa Al-Lughât .
- Abu Manshur Ad Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus .
- Shalâhuddin Al-‘Alâi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih shahih atau hasan, dan harus (tidak boleh dha’if).”
- Sirajuddîn Al-Bilqîny. Beliau berkata, “Hadits shalat tasbih shahih dan ia mempunyai jalan-jalan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lainnya, maka ia adalah sunnah dan sepantasnya diamalkan.”
- Az-Zarkasyi. Beliau berkata, “Hadits shalat Tasbih adalah shahih dan bukan dha’if apalagi maudhu’ (palsu).”
- As-Subki.
- Az-Zubaidy dalam Ithâf As-Sâdah Al-Muttaqîn 3/473.
- Ibnu Nâshiruddin Ad-Dimasqy.
- Al-Hâfidz Ibnu Hajar dalam Al-Khishâl Al-Mukaffirah Lidzdzunûb Al-Mutaqaddimah Wal Muta`Akhkhirah , Natâijul Afkâr Fî Amâlil Adzkâr dan Al-Ajwibah ‘Alâ Ahâdits Al-Mashâbîh.
- As-Suyûthy.
- Al-Laknawy.
- As-Sindy.
- Al-Mubârakfûry dalam Tuhfah Al-Ahwadzy .
- Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ahmad Syâkir rahimahullâh.
- Al-‘Allamah Al-Muhaddits Nâshiruddîn Al-Albâny rahimahullâh dalam Shahîh Abi Dâud (hadits 1173-1174), Shahîh At-Tirmidzy , Shahîh At-Targhib (1/684-686) dan Tahqîq Al-Misykah (1/1328-1329).
- Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdy Al-Wâdi’iy rahimahullâh dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahihain .
D.
Do’a Setelah Shalat Tasbih:
·
اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ تَوْفِيْقَ اَهْلِ اْلهُدَى وَاَعْمَالَ
اَهْلِ
اْليَقِيْن وَمُنَاصَحَةَ اَهْلِ
التَّوْبَةِ وَعَزَمَ اَهْلِ الصَّبْرِ وَجَدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ
وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّغْبَةِ وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ
اَهْلِ اْلعِلْمِ حَتىَّ اَخَافَكَ .
·
اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ مَخَافَةً تُحْجِزُنِى عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَعَاتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُ بِهِ
رِضَاكَ وَحَتَّى
اُنَاصِحَكَ فِى التَّوْبَةِ خَوْفًا
مِنْكَ وَحَتَّى اُخْلِصَ لَكَ
النَّصِيْحَةَ حُبًّالَكَ وَحَتَّى
اَتَوَكَّلَ
عَلَيْكَ فِى اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاُحْسِنَ الظَّنَّ بِكَ سُبْحَانَ خَالِقِ النُّوْرِ
رَبَّنَا
اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّّاحِمِيْن.
E. Bid’ah yang sering ditemukan dalam Shalat Tasbih
Untuk melengkapi
pembahasan yang singkat ini, maka saya sertakan juga penyimpangan-penyimpangan (bid’ah–bid’ah)
yang banyak terjadi disekitar pelaksanaan shalat tasbih, di
antaranya adalah:
- Mengkhususkan pelaksanaannya pada malam Jum’at saja.
- Dilakukan secara berjama’ah terus menerus.
- Diiringi dengan bacaan-bacaan tertentu, baik sebelum maupun sesudah shalat.
- Tidak mau shalat kecuali bersama imamnya, jamaahnya, atau tarekatnya.
- Tidak mau shalat kecuali di masjid tertentu.
- Keyakinan sebagian orang yang melakukannya bahwa rezekinya akan bertambah dengan shalat tasbih.
- Membawa binatang-binatang tertentu untuk disembelih saat sebelum atau sesudah shalat tasbih, disertai dengan keyakinan-keyakinan tertentu.
F.
Kesimpulan
Hadits tentang shalat tasbih adalah hadits
yang tsabit/sah
dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka boleh diamalkan sesuai dengan tata cara yang
telah disebutkan diatas.
- Wallâhu
A’lam bi ash-Shawâb -
Terima kasih.. informasi tentang Shalat Tasbih sangat bermanfaat bagi kami.
AntwoordVee uitUntuk memudahkan menghitung bacaan tasbih bisa menggunakan tasbih giok, bisa di peroleh di www.tasbihgiok.com
amalan sholat ini memang sungguh luar biasa. terima kasih sudah membagi amalannya. Sebagai Informasi tambahan jika ada tasbih nur hikmah yang memiliki energi luar biasa untuk doa wirid segala hajat. Banyak orang yang telah membuktikan khasiatnya dari para pedagang sampai tokoh masyarakat. Tuah atau karomah dari Tasbih Nur Hikmah ini berasal dari ajaran para wali. Untuk informasinya bisa anda kunjungi situs resminya dengan cara klik www.tasbihnurhikmah.com
AntwoordVee uit